TERNATE, SerambiTimur – Di tengah teriknya matahari Halmahera, suara palu dan tawa warga terdengar bersahutan. Di antara tumpukan batu bata dan semen, seorang ibu tersenyum sambil berkata pelan, “Akhirnya rumah ini mulai berdiri.”
Itulah potret sederhana dari pelaksanaan Program Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di Maluku Utara — program yang bukan sekadar membangun rumah, tapi juga menumbuhkan harapan.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) Maluku Utara, Musrifa Al Hadar, menyebutkan bahwa distribusi bahan bangunan telah mencapai 80 persen, dengan progres fisik rata-rata 50 persen.
“Masyarakat membangun secara swadaya, dibantu TNI dan tenaga fasilitator lapangan. Karena itu, di beberapa wilayah malah sudah selesai lebih cepat dari jadwal,” jelasnya.
RTLH difokuskan pada tiga aspek: dapur sehat, rehabilitasi rumah tidak layak huni, dan pembangunan rumah baru.
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) berperan penting dalam memastikan bantuan tepat sasaran, melalui verifikasi kondisi dan kebutuhan penerima manfaat.
Menurut Firman, PPK Program Kawasan Permukiman, total 502 unit rumah tengah dibangun di tujuh daerah, dengan progres yang berbeda-beda.
“Ada wilayah yang sudah rampung 70 persen, terutama di Halmahera Utara dan Halmahera Timur, karena masyarakatnya kompak dan aktif bekerja bersama,” tuturnya.
Ia menambahkan, semangat gotong royong menjadi kekuatan utama dari program ini. “RTLH bukan hanya proyek fisik, tapi juga sosial. Kami melihat bagaimana masyarakat saling bantu, meski dengan keterbatasan alat dan bahan,” katanya.
Program RTLH sendiri menjadi bagian dari komitmen Gubernur Sherly Tjoanda Laos dan Wakil Gubernur Sarbin Sehe untuk memperkuat kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan hunian yang layak dan sehat.
Target tahun 2025 mencakup 700 unit rumah di seluruh Maluku Utara, dengan fokus memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
Kini, di banyak desa dan pesisir, tembok-tembok baru mulai berdiri — bukan sekadar dinding rumah, tetapi dinding harapan bahwa hidup bisa dimulai kembali dari tempat yang layak disebut “rumah”.
Tinggalkan Balasan