TERNATE, SerambiTimur – Pagi itu, suasana Pasar Higenis di Kelurahan Gamalama tak seperti biasanya. Para pedagang tampak bersemangat menyambut kedatangan Wakil Wali Kota Ternate, Nasri Abubakar, yang datang tanpa jarak—menyapa, berdialog, dan mendengarkan keluhan mereka satu per satu.
Langkahnya pelan, tapi perhatiannya tajam. Ia berhenti di beberapa titik, menatap bagian atap pasar yang sudah lapuk. “Kita lihat sendiri, ini bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga keselamatan,” ucapnya kepada wartawan, dengan nada prihatin.
Bagi Nasri, kunjungan ini bukan sekadar agenda rutin pejabat daerah, melainkan panggilan tanggung jawab. Ia ingin melihat langsung denyut ekonomi rakyat sekaligus menelisik potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sering kali luput dari perhatian.
“Kita akan pastikan semua potensi pendapatan yang belum tercatat bisa didata dengan baik. Mulai dari retribusi kebersihan hingga aktivitas PKL, semuanya harus transparan,” tegasnya.
Dialog antara Nasri dan para pedagang berlangsung hangat. Beberapa pedagang menyampaikan harapan agar pemerintah tidak hanya datang saat ada agenda, tapi benar-benar memperhatikan kondisi pasar yang sudah lama rusak.
“Kami senang beliau turun langsung. Semoga ada tindak lanjut nyata,” ujar seorang pedagang sambil tersenyum.
Namun, di balik dialog santai itu, ada pesan serius: Pasar bukan hanya tempat jual beli, tapi juga pusat kehidupan ekonomi rakyat. Nasri menilai, jika potensi PAD dikelola dengan baik, hasilnya dapat dikembalikan langsung untuk meningkatkan kualitas fasilitas dan pelayanan publik di pasar-pasar Ternate.
“Kalau PAD-nya kuat, maka rakyat juga akan merasakan manfaatnya. Inilah semangat transparansi yang ingin kami bangun,” ucapnya.
Kunjungan itu menutup hari dengan pesan yang menggema: pemerintah tidak boleh berjarak dengan rakyat.
Di bawah kepemimpinan Wali Kota Dr. M. Tauhid Soleman dan Wakil Wali Kota Nasri Abubakar, Pemkot Ternate berkomitmen menata ekonomi rakyat secara berkeadilan — mulai dari lapak kecil di pasar tradisional, hingga kebijakan besar di tingkat kota.
“Semua dimulai dari sini, dari pasar, dari rakyat kecil. Karena di sinilah denyut ekonomi Ternate sebenarnya berputar,” tutup Nasri, sebelum melanjutkan langkahnya ke deretan kios berikutnya.
Tinggalkan Balasan