KAWASI, SerambiTimur— Suara tawa dan sorak-sorai anak-anak memecah kesunyian Desa Kawasi, Pulau Obi, awal Agustus lalu. Di sela pemandangan kapal tambang dan gemuruh mesin smelter, ratusan anak dari berbagai penjuru Obi berkumpul, merayakan Festival Hari Anak Obi 2025.
Festival yang diinisiasi Harita Nickel ini mengangkat tema “Obi Ceria, Masa Depan Bahagia”, menghadirkan 679 peserta dari 43 sekolah, mulai dari PAUD hingga SMA. Ada yang tampil dalam lomba seni, ada yang tenggelam dalam dunia kata di lomba literasi, dan ada pula yang saling adu cepat otak di cerdas cermat.

“Setiap anak di Obi harus punya ruang untuk bermimpi dan mengembangkan diri. Festival ini bagian dari komitmen kami menciptakan lingkungan sosial yang mendukung tumbuh kembang mereka,” ujar Ifan Farianda, Community Development Manager Harita Nickel.
Salah satu magnet acara adalah Clash of Champions, cerdas cermat antar sekolah yang memantik adrenalin penonton. SMP 13 Halmahera Selatan keluar sebagai juara kategori SMP, sedangkan SMAN 06 Halmahera Selatan menyabet gelar juara kategori SMA.
Di sudut lain, tawa renyah pecah ketika pendongeng profesional Mochammad Awam Prakoso — akrab disapa Kak Awam — membawakan cerita sarat pesan budi pekerti. Anak-anak duduk melingkar, mata mereka berbinar seakan dunia di luar Kawasi menjadi lebih dekat.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Maluku Utara wilayah Halmahera Selatan, Saimah Kasuba, yang turut hadir, memuji kolaborasi ini. “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Anak-anak butuh ruang untuk berekspresi, dan kegiatan seperti ini memberi mereka peluang itu,” ujarnya.
Festival ini juga menjadi pintu pembuka program “Desa Ramah Anak” yang diharapkan menjangkau lebih banyak wilayah. Lebih dari sekadar lomba, acara ini adalah pertemuan hati: anak-anak dari berbagai desa yang biasanya terpisah laut dan jarak, kini duduk bersama, berbagi cerita, dan membangun persahabatan baru.
Di tengah hiruk pikuk kawasan industri Pulau Obi, Festival Hari Anak membuktikan satu hal: keceriaan anak tak mengenal batas lokasi. Di sinilah, di tanah tambang, masa depan tetap bisa dibangun dengan tawa dan mimpi.













Tinggalkan Balasan